Bisa Karena Terpaksa
Pada 1990, Mezy lakukan keputusan penting dengan geser status Blanc dari lapangan tengah ke status belakang. Tetapi ia justru mendapatkan penampikan Agen Slot Terpercaya dari yang berkaitan. Pada akhirnya satu hari saat sebelum laga, Mezy bertandang ke loker Blanc dan mengultimatum: "Entahlah kamu bermain di status belakang atau mungkin tidak perlu bermain benar-benar!" sebut Mezy dengan ketus.
Haru dipahami, waktu itu umur Blanc telah 25 tahun. Pria kelahiran 19 November 1965 ini juga mau tak mau ikuti kemauan pelatihnya. Hal tersebut hanya supaya periode depannya sebagai pemain sepak bola masih tetap aman.
Untuk Blanc, peralihan status ini bukanlah yang pertamanya kali. Pada umur 15 tahun, ia ditampik oleh club AS Monaco. Argumennya karena sebagai seorang penyerang, Blanc tidak demikian efisien dari muka gawang musuh. Pada akhirnya ia dilirik oleh club Montpellier. Tetapi bukannya berposisi sebagai striker, ia justru kerap bermain di daerah tengah.
Dengan cermin kita bisa ketahui rupa sendiri, tapi dengan pemikiran orang lain, kita bisa ketahui apa yang tidak terlihat. Dalam masalah ini, Blanc Togel Hari Ini kemungkinan menyaksikan dianya sebagai striker beresiko. Tetapi pelatihnya berasa ia akan semakin bermanfaat di jantung pertahanan.
Tidak perlu waktu yang lama untuk mengetahui jika ia masih mampu cetak gol walau bermain ada di belakang. Pada musim 1990/91, musim pertama kalinya sebagai seorang bek, ia mencatatkan 14 gol di Ligue 1. Rupanya status anyarnya itu bawa peralihan nasib. Tampil stabil selama musim sebagai bek tengah cukup membuat Napoli tertarik. Pada 1992, Blanc pindah ke Italia sebagai seorang bek tengah. Tersebut pertama kali Blanc memijakkan kaki di luar daerah Perancis.
Walau hanya satu musim berbaju I Partenopei, Blanc minimal belajar mengenai taktik bertahan. Harus diingat, saat itulah ada di Italia yang populer sebagai pabrik bek-bek kelas dunia—posisi yang pada akhirnya ia pikul sampai pensiun pada 2003 di Old Trafford.
Pernah mencoba nyaris tiap status di sepakbola—kecuali penjaga gawang—jadi modal khusus Blanc melanjutkan profesi sebagai pelatih. Pada musim panas 2007, namanya dipilih sebagai pelatih baru Bordeaux untuk gantikan Ricardo Gomes. Sepanjang tiga musim membesut Les Girondins, Blanc 2x masuk nominasi Manager Tahun Ini. Bahkan juga pada musim pertama kalinya, ia sukses memenangi penghargaan pribadi paling berprestise untuk beberapa manager se-Perancis itu. Pada musim 2009/10, Bordeaux keluar sebagai juara group di Liga Champions tanpa alami kekalahan. Harus tahu, musim itu mereka bergabung bersama Juventus dan Bayern Munchen yang lebih eksper di pentas Eropa.
Atas prestasinya itu, faksi FFF (PSSI-nya Perancis) setuju mengontrak jasanya untuk latih Tim nasional. Set belur-nya tim nasional di bawah bimbingan Raymond Domenech membuat FFF harus selekasnya cari pelatih baru. Figur Blanc selanjutnya diputuskan karena dipandang revolusioner. Tetapi rekanan Blanc dan FFF cuma bertahan 2 tahun. Blanc dipandang seperti biang keladi ketidakberhasilan Perancis pada Piala Eropa 2012 di Polandia dan Ukraina.
Perancis waktu itu cuma bertahan sampai set perempat final. Mereka kalah dari score 0-2 dari juara bertahan, Spanyol. Walau sebenarnya Blanc ditarget FFF untuk bawa team minimum sampai ke set semi-final. Blanc juga pada akhirnya dihentikan pada 30 Juni 2012, atau sehari saat sebelum pertandingan final Piala Eropa digelar.
Sesudah nyaris setahun menjadi pengangguran, Blanc pada akhirnya mendapatkan tugas baru. Ini kali sebagai pelatih Paris Saint-Germain (PSG). Pada 30 Juni 2013, ia gantikan Carlo Ancelotti yang meneruskan profesi kepelatihan di Real Madrid.
Pada musim pertama kalinya, Blanc langsung menyembahkan piala Ligue 1 untuk PSG—hal yang tidak dapat dilaksanakan Ancelotti pada musim pertama. Disamping itu, Blanc mengganti style permainan PSG jadi lebih memercayakan kualitas bek sayap.
Ke-2 bek sayap PSG ialah motor gempuran. Kecepatan dan kekuatan mereka saat lakukan operan silang benar-benar jadi momok. Blanc lakukan pola gempuran semacam itu karena ia mempunyai dua striker jangkung seperti Edinson Cavani dan Zlatan Ibrahimovic.
Dalam pada itu, Blanc masih tetap memerhatikan baris pertahanan PSG. Duet Thiago Silva dan David Luiz di jantung pertahanan saja kurang cukup. Karena itu Blanc menyisipkan Thiago Motta sebagai ujung segitiga yang bermanfaat mematikan serbuan balik musuh, hingga musuh akan berpikiran PSG bermain dengan pola tiga bek. Harus dipahami, pola tiga bek ini wajar dipakai tim-tim Italia dengan mengoptimalkan peranan libero dan sweeper. Hingga pola ini bukanlah hal baru untuk Blanc ingat ia pernah satu musim di Napoli sebagai pemain.
Les Parisiens betul-betul perkuat pertahanan mereka dan capai pucuknya pada musim 2015/16. Waktu itu di Ligue 1, PSG hanya kecolongan 19 gol dari 38 kali berlaga. Walau sebenarnya di musim-musim awalnya mereka selalu kecolongan lebih dari 20 gol semenjak Nasser Al-Khelaifi menggantikan club pada 2011.
Blanc mengaplikasikan skema 4-5-1 dengan tempatkan Ibrahimovic jadi salah satu pemain depan dan trio pemain tengah biasanya berbentuk membuat perlindungan empat bek. Beberapa winger tawarkan support protektif ke bek sayap. Performa bek sayap ditolong semakin banyak oleh pemain tengah tengah.